SKRIPSI
PENGARUH PERSEPSI TENTANG PELAYANAN
PRIMA TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA
Disusun
Oleh
MUAMMAR
ISTHYANDA ALDAFI
14.111007.13201.0059
PEMINATAN
ADMINISTRASI
KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa dan social yang memungkinkan setiap
orang hidup secara sosial dan ekonomi
Secara umum,kesehatan manusia dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu kesehatan tubuh dan kesehatan mental,dua bagian
kesehatan ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan juga saling terikat satu
sama lain,kesehatan merupakan kesehatan yang dinilai dari kondisi fisik
seseorang dan berdampak pada kehidupan sehari hari
Kesehatan
juga berdampak pada kehidupan kerja pelayanan pada instansi instansi pemerintah
dan non pemerintah,khususnya terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
yang diatur oleh sistem manajemen mutu pelayanan yang diterapkan oleh instansi
kesehatan seperti rumah sakit,puskesmas,klinik dan pelayanan kesehatan lainnya.
WHO
menerangkan jumlah penduduk Indonesia berada di peringkat ke 4 dunia dan 3 di
asia,dengan jumlah penduduk 252,370.000 juta jiwa per tahun 2015,laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% setara penduduk singapura
Provinsi Kalimantan timur mempunyai total luas aea
129,066,64 km,populasi 3.043.689 penduduk berbatasan dengan Malaysia,Kalimantan
utara,Kalimantan tengah,Kalimantan selatan dan laut Sulawesi,kaltim beribukota
Samarinda
Provinsi
Kalimantan timur memiliki 7 kabupaten dan 3 kota yaitu:
1. Kabupaten Paser
2. Kabupaten Kutai Barat
3. Kabupaten Kutai Kartanegara
4. Kabupaten Kutai Timur
5. Kabupaten Berau
6. Kabupaten Penajam Paser Utara
7. Kabupaten Mahakam Ulu
8. Kota Samarinda
9. Kota Balikpapan
10. Kota Bontang
Puskesmas adalah salah satu instansi pemerintah yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dituntut
untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.Pelayanan yang diberikan mampu memenuhi, kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat serta mampu
memberikan kepuasan.Kepuasan masyarakat dapat menjadi bahan penilaian terhadap
unsur pelayanan yang masih perlu
perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelanggara pelayanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya (Ratminto,2006).
Di bidang pelayanan kesehatan selain rumah sakit, puskesmas
khususnya keperawatan merupakan sebuah institusi pemerintah yang bergerak di bidang penyedian jasa layanan
kesehatan rawat inap kepada masyarakat di lini terdepan dengan memberikan jasa
layanan medis, keperawatan, dan layanan penunjang medis. Untuk memberikan
sebuah layanan yang baik kepada masyarakat khususnya masyarakat yang ingin
mendapatkan jasa pelayanan kesehatan dasar dan konsultasi di bidang kesehatan
khususnya di layanan puskesmas rawat inap, maka semua elemen pendukung di
puskesmas harus berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jika puskesmas
tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat karena pada hakekatnya kepuasan
terkait dengan peningkatan pelayanan, makin sempurna pelayanan yang diberikan
kepada pasien maka makin tinggi pula tingkat kepuasan pasien (Wiyono D, 2000 :
124) .
Akan tetapi ,pada umumnya pelayanan puskesmas saat ini tidak
sesuai dengan fungsinya yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas
pada pasiennya ,apa
yang diharapkan oleh pasien ,atau dapat dikatakan kurang memuaskan hati
pasiennya.Padahal kesehatan merupakan kebutuhan utama setiap manusia.Dikaitkan
dengan berbagai bidang ,banyak masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas dengan
berbagai alasan baik dai segi ekonomi,finansial maupun lokasi.Untuk itu penulis tertarik untuk
membahas tentang pengaruh kualitas
pelayanan puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien,Karena hal ini sangat penting di bahas
untuk mendapatkan faktor
apa yang mempengaruhi hal tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ,maka yang
menjadi pusat perhatian ialah “Bagaimana pengaruh persepsi tentang pelayanan prima
terhadapam kepuasan pasien di puskesmas Temindung Samarinda?”
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan yang diharapkan dalam penulisan ini adalah :
1. Menambah pengetahuan tentang
pengaruh kualitas pelayanan puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien.
2. Untuk Mengetahui bagaimana pengaruh
kualitas pelayanan puskesmas terhadap tingkat kepuasaan pasien.
3. Menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan.
4. Mengetahui pelayanan seperti apa
yang diharapkan pasien di puskesmas.
5. Mengetahaui factor factor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di puskesmas
1.4
Manfaat
1. Diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta mempelajari masalah yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien di puskesas
2. Diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan yang lebih baik dalam menangani pasien.
BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).
Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas
merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja .
2.2 Manajemen Puskesmas
Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran
yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
berkesinambungan (Depkes RI, 2006).
2.2.1 Perencanaan Puskesmas
Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat
2010. Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal
sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan.Pada dasarnya ada 3
langkah penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a) identifikasi kondisi
masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan
tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b) identifikasi potensi sumber daya
masyarakat dan provider, dan (c) menetapkan kegiatan-kegiatan untuk
menyelesaikan masalah.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) tahun yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia
selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses
perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan
instrument lainnya.
2.2.2 Penggerakkan Pelaksanaan
Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan
penjabaran lebih rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan
penggerakan pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas
yang terdiri dari :
a. Lokakarya mini bulanan adalah alat
untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan
kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas program intern puskesmas.
b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan
sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan puskesmas dengan
melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan
mitra yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal
kegiatan.
c. Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian
Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan
penilaian diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan
di puskesmas adalah:
ü Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
ü Penilaian/Evaluasi
Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.
2.3
Pengertian Kepuasan
Menurut
Philip Kotler (2002:42) Kepuasan adalah: ”Perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja suatu produk dan harapan-harapannya”. Menurut Gibson, Invancovic dan
Donelly (1992:58) Kepuasan adalah sebagai suatu proses dimana individu memilih,
merumuskan dan menafsir-kan suatu rangsangan untuk memahami keadaan
lingkungannya berdasarkan pengalaman masa lalu dan rangsanganrangsangan yang
diterima oleh panca indra. Sedangkan menurut Husein Umar (2003:51) kepuasan
dibagi dua macam, yaitu: kepuasan fungsional dan kepuasan psikologikal.
Kepuasan
fungsional merupakan
kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan
psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang sifatnya
tidak berwujud dari produk”. Menurut M.N Nasution (2004:47) kepuasan pelanggan
yaitu: “Perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan karena
pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan (produk) seseorang, maka
pelangganlah yang menentukan kualitas suatu produk”. Ada beberapa unsur penting
dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan menurut M.N Nasutionn (2004), yaitu sebagai berikut:
1.
Pelanggan merupakan prioritas utama
organisasi.
2.
Pelanggan yang harus diperhatikan
merupakan pelanggan yang paling penting,.
3.
Kepuasan pelanggan dijamin dengan
menghasilkan prodak berkualitas tinggi dengan perbaikan
terus menerus.
Philip
Kotler (2004:45) mengatakan bahwa ada 4 metode yang dapat dipergunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan konsumen,yaitu:
a. Sistem keluhan dan saran.
Perusahaan
yang berorentasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan-keluhan mereka.
b.
Belanja Siluman.
Perusahaan
membayar orang untuk bertindak sebagai pembeli potensial untuk melaporkan
temuan mereka tentang kekuatan dan
kelemahan produk perusahaan dari pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk
tersebut.
c. Analisa kehilangan konsumen.
Metode ini
dilakukan dengan cara perusahaan menghubungi para pelanggannya yang telah
berhenti membeli atau beralih untuk memperoleh informasi penyebab berhenti atau
beralihnya pelanggan tersebut.Informasi ini dapat dipakai untuk mengambil
kebijakan dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
d.
Survey kepuasan pelanggan.
Perusahaan yang responsive memperoleh ukuran kepuasan
pelanggan secara langsung dengan melakukan survey berkala. Mereka mengirim
daftar pertanyaan atau menelpon pelanggan-pelanggan terahir mereka sebagai
sampel acak dan menanyakan apakah merasakan amat puas, biasa saja,puas, kurang
puas atau tidak puas terhadap berbagai aspek kinerja puskesmas. Beberapa metode
atau tehnik pengukuran kepuasan pelanggan tersebut dapat dipergunakan oleh
pihak perusahaan untuk mengukur kepuasan pelanggannya. Tehnik pengukuran
kepuasan pelanggan tersebut dapat memberikan indeks mutu mengenai proses
bisnis,proses pengadaan suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Untuk
mewujudkan dan mempertahankan kepuasan
pelanggan harus melakukan beberapa hal, yaitu: mengidentifikasi siapa pelanggan
yang memahami tingkat harapan atas kualitas, memahami strategi kualitas layanan
dan memahami siklus umpan balik dari kepuasan. Kepuasan pelanggan akan
terpenuhi apabila produk yang diberikan kepada pelanggan atau konsumen sesuai
dengan yang dipersepsikan oleh konsumen serta memenuhi harapan dari konsumen
itu sendiri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian
Berdasarkan
pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif Masyhuri (2008: 34)
menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang
memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu.
Metode penelitian kuantitatif yang
dijelaskan oleh Sugiyono (2011: 14) adalah:
Metode penelitian sebagai metode
yang berlandaskan pada filsafat
positivisme; metode yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu; teknik pengambilan sampel
biasanya dilakukan dengan perhitungan
teknik
sampel tertentu yang sesuai;
pengumpulan data kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2.Lokasi Penelitan
Sampel
atau data diambil di wilayah kerja Puskesmas Temindung Jln.Pelita Samarinda
dipilih secara acak berdasarkan jumlah responden yaitu 30 orang yang beralamat
tinggal di wilayah kerja puskesmas
3.3.Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat atau asien yang berkunjung di Puskesmas
Temindung berjumlah 30 orang
3.3.2 Sampel
Penelitian
ini mengambil sampel pada masyarakat atau pasien yang berkunjung ke puskesmas
temindung samarndaMengingat jumlah populasi yang tidak terlalu banyak, yakni 30
orang, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total. Jadi
seluruh obyek dalam populasi diambil sebagai sampel.
Teknik probability
sampling ini ada bermacam - macam yaitu
simple random sampling,
proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified
random, sampling area
(cluster) sampling
(Sugiyono, 2010 : 120)
3.4
Instrumen Penelitian
Keberhasilan
penelitian banyak ditentukan oleh
instrumen yang digunakan,
sebab data yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian Pernyataan
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:96)
“instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.”
Hal
senada juga diungkapkan oleh Zainal Arifin (2011:225) “instrumen
merupakan komponen kunci dalam suatu
penelitian. Mutu instrumen akan menentukan
mutu data yang
digunakan dalam penelitian,
sedangkan data merupakan
dasar kebenaran empirik
dari penemuan atau
kesimpulan penelitian .” Adapun
instrumen penelitian yang
digunakan pada penelitian
ini yang berf ungsi sebagai alat pengumpul data adalah
angket dan studi dokumentasi
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum penelitian
dilakukan, instrumen yang digunakan
untuk mengambil data
yang sebenarnya, terlebih
dahulu dilakukan ujicoba
/ tryout instrumen , untuk
mengetahui tingkat kesahihan
(validitas) dan keandalan
(reliabi litas). Suharsimi Arikunto
(2010 :228) menyatakan bahwa tujuan
ujicoba instrumen yang berhubungan
dengan kualitas adalah
upaya untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas. Suatu
instrumen itu valid, apabila
dapat mengukur apa
yang hendak diukur.
Sedangkan tinggi reliabil itas
menunjukkan bahwa i nstrume t
tersebut dapat mengukur apa yang dimaksud dalam menjawab pertanyaan
atau pernyataan diantara subjek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar